aHadits gharib mutlak atau fard mutlak. Definisinya, jika gharib (kesendiriannya) terdapat pada asal sanad, dengan kata lain hadits yang diriwayatkan oleh rawi secara sendirian pada asal sanadnya. Contohnya hadits, “Sesunggunhya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.”. Hadits ini diriwayatkan oleh Umar bin Khathab seorang diri.
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Dan berikut adalah redaksi hadis yang dipilih untuk diteliti berdasarkan tema senda gurau . . . . 1. Pengertian Takhrij Menurut bahasa takhrij berasal dari kata kharraja خ ّ ر ج yang berarti mengeluarkan. 5 Dalam kamus al-Munawwir lafaz إ ْس ت ْ ر ج إ ْخ ت ر ج خ ّ ر ج bermakna ض ّ اْد خ ل lawannya memasukkan. Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian; dan pengertian-pengertian yang popular untuk kata at-takhrij itu ialah 1 al-istinbât hal mengeluarkan; 2 al-tadrîb hal melatih atau hal pembiasaan; 3 al-taujîh hal memperhadapkan. 6 Adapun menurut istilah takhrij adalah “Menunjukan posisi hadis dalam sumber-sumber asli yang yang dikeluarkan dengan sanadnya, kemudian menjelaskan kedudukan ketika dibutuhkan.” Sedangkan dalam bukunya, M. Syuhudi Ismail menjelaskan pengertian takhrijul-hadis yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah “Penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan”. 8 5 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta Hidakarya Agung, 1989, 6 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta Bulan Bintang, 2007, h. 39. Lihat juga Mahmud at-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Riyad Maktabah al- Ma‟arif, 1991, 7 Mahmud at-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, 8 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41 2. Sebab-sebab Perlunya Kegiatan Takhrij Hadis Bagi seorang peneliti hadis, kegiatan takhrijul-hadis sangat penting. Tanpa dilakukan kegiatan takhrij hadis terlebih dahulu, maka akan sulit diketahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, berbagai riwayat yang telah meriwayatkan hadis itu, dan ada atau tidak adanya syahid atau mutt abi’ dalam sanad bagi hadis yang ditelitinya. Dengan demikian, ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij hadis dan melaksanakan penelitian hadis. Berikut ini dikemukakan tiga hal tersebut a Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti. Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih dahulu tidak diketahui asal-usulnya. Tanpa diketahui asal-usulnya, maka sanad dan matan hadis yang bersangkutan sulit diketahui susunannya menurut sumber pengambilannya. Tanpa diketahui susunan sanad dan matan secara benar, maka hadis yang bersangkutan akan sulit diteliti secara cermat. Untuk mengetahui bagaimana asal- usul hadis yang akan diteliti itu, maka kegiatan takhrij perlu dilakukan terlebih dahulu. b Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti. Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad. Mungkin saja, salah satu dari sanad itu berkualitas daif, sedang yang lainnya berkualitas sahih. Untuk dapat menentukan sanad yang berkualitas daif dan yang berkualitas sahih, maka terlebih dahulu harus diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan. Dalam hubungannya untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang sedang akan diteliti, maka kegiatan takhrij sangat diperlukan. c Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan mut tabi’ pada sanad yang diteliti. Ketika hadis diteliti salah satu sanad-nya, mungkin ada periwayat lain yang sanad-nya mendukung pada sanad yang sedang diteliti. Dukungan itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat pertama, yakni tingkat sahabat nabi, disebut sebagai syahid, sedang bila terdapat di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai mutt abi’. Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad yang kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. B egitu pula mutabi‟ yang memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti mungkin dapat ditingkatkan kekuatannya oleh mutt abi’ tersebut. Untuk mengetahui apakah suatu sanad memiliki syahid atau mutt abi’, maka seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan. Itu berarti takhrijul-hadis harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan takhrij hadis, tidak dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk hadis yang sedang diteliti. 9 Dalam menelusuri hadis sampai pada sumber asalnya tidak semudah menelusuri ayat Alquran. Untuk menelusuri ayat Alquran, cukup diperlukan sebuah kitab kamus Alquran, misalnya kitab al- Mu’jam al-Mafahras li Alfâdz al- Qur’ân al-Karîm susunan Muhammad Fuad „Abdul Baqi, dan sebuah 9 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41-43 rujukan berupa mushaf Alquran. Akan tetapi untuk menelusuri sebuah hadis, tidak cukup hanya menggunakan sebuah kamus atau sebuah kitab hadis yang disusun oleh mukharijnya. Karena hadis terhimpun di dalam banyak kitab sehingga diperlukan kitab-kitab kamus hadis untuk memudahkan kegiatan takhrij hadis dan memahami cara penggunanya. Untuk mengetahui kejelasan hadis beserta sumber-sumbernya seorang peneliti haruslah mengetahui metode-metode dalam mentakhrij hadis. 10 Metode-metode tersebut adalah 1. Men-takhrij hadis melalui periwayatan pertama. Kitab yang digunakan diantaranya adalah kitab-kitab athraf dan kitab-kitab musnad. 2. Men-takhrij melalui lafal pertama hadis awal matan. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al-J âmi’ al-Saghîr min ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, al-Fathu al-Kabîr fî Dammi al-Ziyâdah ila al-J âmi’ al-Saghîr dan kitab Mausû’ah al-Atrâf al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf. 3. Men-takhrij hadis melalui lafal yang terdapat dalam matan hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al- Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî. 4. Men-takhrij hadis melalui tema hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab Kanz al- Ummâl, kitab Muntakab Kanz al- Ummâl. 10 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 43 5. Men-takhrij hadis melalui klasifikasi jenis hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah kitab al-Azhar al- Mutanatsiruh , kitab al-Ittihâfât al-Saniyyah, kitab al-Hadîts al- Qudsiyyah , kitab al-Marâsil, kitab Tanzîh al-Syarî ’ah al- Marfû ’ah, dan kitab al-Masnû’. Dari kelima metode tersebut di atas tidak mengharuskan seorang peneliti menggunakan semua metode. Terkadang ditemukan hanya tiga atau dua metode saja, jika yang digunakan itu sudah dapat memenuhi usaha penelusuran hadis. 11 C. Kegiatan Penelitian dan I’tibar Sanad a. Pengertian I‟tibar dan Sanad Kata i‟tibar إا ْع ت ب را merupakan masdar dari kata ر ب تعإ. Menurut bahasa, arti al- i‟tibar adalah “Peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatu yang jelas.” Menurut istilah ilmu hadis, al- I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud. 12 11 Abu Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, terj Said Agil Husain al- Munawar Rifki Mukhtar, Metodelogi Takhrij hadis, Semarang Toha Putra Group, 1994, 12 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Dengan dilakukannya al-i ’tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti demikian juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing- masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan al-i ’tibar adalah untuk mengetahui keadan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatus mutt abi’ atau syahid . Yang disebut mutt abi’ biasa juga disebut tabi‟ dengan jama‟ tawabi’ ialah periwayat yang berstatus pendukung para periwayat yang bukan sahabat Nabi. Pengertian syahid dalam istilah ilmu hadis biasa diberi kata jamak dengan syawahid ialah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat Nabi. Melalui al- i’tibar akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki mutt abi’ dan syahid ataukah tidak. 13 Sanad berarti tarîq, yaitu jalan. Sedangkan menurut istilah adalah jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Dalam referensi lain, sanad menurut bahasa ialah sandaran, tempat bersandar, atau dapat juga berarti yang dapat dipegang atau dipercaya. 14 Setelah melalui kegiatan takhr ȋ j hadis, kemudian dilanjutkan dengan kritik sanad hadis. Dalam kritik sanad hadis ini menyajikan biografi tiap sanad yang menjadi jalur hadis tersebut yang sampai kepada matan hadis, kemudian menyajikan guru-guru dan murid-murid beliau sehingga sanad dapat dipastikan 13 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, 14 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang PT. Pustaka Rizki Putra, 1999, cet ke-4, h. 168 bersambung ittisâl, dan selanjutnya menyajikan tentang komentar ulama terhadapnya sehingga bisa diketahui melalui kitab rijal hadis apakah sanad tersebut termasuk yang positif ta’dîl atau yang negatif tajrîh. Kriteria kesahihan sanad hadis terdapat beberapa syarat yaitu bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang ḏâbiṯ, tidak ada kejanggalan Syâdz maupun cacat illat. 15 Kritik sanad hadis ini merupakan cara untuk mengetahui kualitas perawi yang menjadi rentetan sanad hadis, melalui kitab-kitab rijal hadis seperti Tahdz ȋb al-Tahdzîb, Tahdzîb al-Kamâl, dan lain sebagainya. D. Kegiatan Penelitian Matan Untuk mengetahui status kehujjahan hadis, penelitian sanad dan matan memiliki kedudukan yang sama penting. Karena dalam suatu hadis barulah dinyatakan sahih apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama berkualitas sahih. Adapun yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas shahih adalah terhindar dari Syudzudz kejanggalan dan Illat kecacatan. Namun terdapat juga beberapa kriteria kesahihan matan hadis, 16 yaitu tidak bertentangan dengan akal, tidak bertentangan dengan Alquran, tidak bertentangan dengan hadis yang mutawattir, tidak bertentangan 15 Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, Jakarta PT Mizan Publika, 2009, 16 Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010 dengan hadis ahad yang kualitasnya sahih, tidak bertentangan dengan kesepakatan ulama terdahulu. Dalam kegiatan penelitian matan ini, ada tiga langkah yaitu sebagai berikut I. Meneliti matan dengan melihat kualitas hadis Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sanad hadis memiliki kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam hubungannya dengan status kehujjahan hadis. Suatu matan hadis tidak dianggap sahih apabila sanadnya diragukan. II. Meneliti susunan lafadz yang semakna Perbedaan dalam redaksi matan dengan matan hadis yang sejalur dengannya karena periwayatan secara makna menurut ulama hadis dapat ditoleransi sepanjang tidak menyalahi kandungan makna hadis dari Rasulullah saw. baik itu pergantian lafal, perbedaan struktur, maupun pengungkapannya sempurna atau tidak, semuanya masih dapat diterima sebagai sabda yang berasal dari Rasulullah saw. III. Meneliti kandungan matan hadis Adapun yang dianggap penting diperhatikan terhadap kandungan matan hadis yang sejalan atau tidak bertentangan dan yang dipertentangkan. 17 17 Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010 E. Kritik Hadis tentang Senda Gurau Hadis Pertama a. Teks Hadis Langkah awal dalam melakukan kritik hadis adalah takhrij hadis, dalam kegiatan takhrij ini penulis menelusuri melalui penggalan lafaz matan hadis dengan menggunakan kitab al- Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî yaitu dengan lafaz kemudian ditemukanlah sebagai berikut ب ,ت ر ٨ ٨ Penulis juga menelusuri kata dari lafaz kemudian ditemukan sebagai berikut رب ,ت ٨ 9 Penulis juga menelusuri kata dari lafaz dan ditemukan sebagai berikut رب ,ت ٨ 18 Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al- Hadîts al-Nabawî, jilid 3. BrillLeiden, 1955, 19 Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfâdz al- Hadîts al-Nabawî, h. 256
Prosesdan Prosedur Penelitian Sanad Hadis (Bagian I) Setelah dilakukan kegiatan takhrij hadis sebagai langkah awal penelitian maka seluruh sanad dicatat dan dihimpun untuk kemudian dilakukan kegiatan i’tibar. Al-I’tibar adalah menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya
Kamus Kata baku indonesia » i’tibar - iktibari’tibar - iktibarpertimbangan; pengajaranBerikut ini adalah Informasi kata baku dari i’tibar - iktibar yang berarti pertimbangan; download gambar Tekan gambar di atas beberapa detik sampai muncul menu, kemudian pilih save atau download gambar
BAB III HADIS TENTANG DIPERBOLEHKANNYA SHALAT JAMA’ DALAM KEADAAN MUKIM TANPA BEPERGIAN A. I’tibar Kata al-i`tibar رابتإعلا merupakan masdar dari kata رربببرتتإععات . Menurut bahasa arti al i`tibar adalah “peninjauan terhadap berbagai hal yang dimaksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis.” Menurut istilah ilmu hadis, al- i`tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain meriwayatkan hadis tersebut ataukah tidak. 1 Dengan dilakukannya al-i`tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Kegunaan al-i`tibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadits seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung corroboration berupa periwayat yang berstatus muttabi` atau syahid 2 . Untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan al-i`tibar dari hadis yang penulis teliti, yakni hadis yang berbunyi 1 Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta Bulan Bintang, 1992, hal. 51 2 Ibid., hal 52 44 ريبزلا يبأ نإع كلام يلإع ت ت أرق لاق ييحي نب ييحي انث دح هللا لوسر يلص لاق سابإع نبا نإع ريبج نب ديعس نإع يف اعيمج ءاشعلاو برعملاو اعيمج رصعلاو رهظلا رفس لو فوخ ريغ 3 “Diceritakan dari Yahya bin Yahya , dia berkata telah saya bacakan kepada Malik dari Abi Zubair dari Said bin Jubair dari Ibn Abbas, berkata bahwa Rasulullah saw melakukan shalat dhuhur dan ashar dengan jama’ , dan shalat magrib dan isya’ dengan jama’ tidak dalam keadaan takut dan tidak sedang bepergian “. Atau hadis yang semakna dengan hadis tersebut, menurut pelacakan penulis dari kitab al-Mu`jam al Mufahras Li al-Fazh al Hadis an–Nabawi. Dan juga melalui CD hadis Mausu`ah al-Hadits al-Syarif. 4 Masing-masing diriwayatkan oleh a. Muslim dalam Shahih Muslim, kitab shalat musafirin wa qasruha hadis dan no. 1147 dalam CD Mausu’ah atau dan dalam kitab asli. b. Nasa’i dalam Sunan Nasa’i, kitab mawaqit hadis c. Ahmad bin Hambal dalam Musnad Ahmad, kitab wa min musnad bani hasim bab Bidayah Musnad Abdillah Ibn Abbas hadis dan bab baqi al musnad al sabiq hadis no. 3065 d. Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud, kitab shalat juz II hadis no. 1210,1211,1214 dan melalui CD kitab shalat hadis no. 1024 3Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Beirut Darul Fikr, 1992, hal. 315 4 Penelusuran via CD Mausu’ah al-Hadis al-Syarif Nabawi Dari informasi diatas, yang nantinya akan dijadikan kajian utama adalah hadis yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim dengan nomer 49 dan no. 50 . Sementara hadis yang lain dijadikan bahan untuk mengetahui adanya syahid dan muttabi’ nya. Penulis lebih cenderung untuk mengkaji hadis yang dibukukan oleh Imam Muslim dikarenakan Muslim menerapkan syarat-syarat yang lebih ketat terhadap hadis hadis yang dibukukannya. Makanya kitab hasil karyanya disebut Shahih Muslim. Adapun matan dan para perawi dalam kitab Shahih Muslim secara lengkapnya dapat dilihat sebagai berikut Hadits no. 49 نإع ريبزلا يبأ نإع كلام يلإع ت ت أرق لاق ييحي نب ييحي انث دح رهظلا هللا لوسر يلص لاق سابإع نبا نإع ريبج نب ديعس رفسلو فوخ ريغ يف اعيمج ءاشعلاو برعملاو اعيمج رصعلاو 5 “Diceritakan dari Yahya bin Yahya , dia berkata telah saya bacakan kepada Malik dari Abi Zubair dari Said bin Jubair dari Ibn Abbas, berkata bahwa Rasulullah saw melakukan shalat dhuhur dan ashar dengan jama’ , dan shalat magrib dan isya’ dengan jama’ tidak dalam keadaan takut dan tidak sedang bepergian “. Dengan transmisi jalur sanad sebagai berikut Gambar 1 Jalur sanad hadis riwayat Muslim 5Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim, Beirut Darul Fikr, 1992, hal. 315 Rasulullah sw Ibnu Abbas an Said bin Jubair an Abu Zubair an Malik Qara’tu ala Yahya bin Yahya Haddatsana Muslim Dari diagram transmisi hadis di atas dapat diuraikan bahwa Muslim menyandarkan periwayatannya pada Yahya bin Yahya dengan sighat haddatsana, Yahya bin Yahya berkata bahwa “telah dibacakan kepada Malik dari Abi Zubair”, Abi Zubair menyandarkan periwayatannya pada Said bin Jubair dengan sighat an, Said bin Jubair menerima hadis dari Ibn Abbas dengan sighat an, Sedangkan Ibn Abbas melihat langsung ketika Rasulullah melaksanakan shalat jama’ atas indikasi yang tampak, yaitu shala Rasulullah. Untuk kedudukan masing masing perawi pada transmisi sanad hadis di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel. 1 Sanad hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari yahya bin Yahya Nama perawi Urutan periwayat Urutan sanad Ibn Abbas Periwayat I Sanad V Said bin Jubair Periwayat II Sanad IV Abu Zubair Periwayat III Sanad III Malik Periwayat IV Sanad II Yahya bin yahya Periwayat V Sanad I Muslim Periwayat VI Mukharijul hadits Hadits لاق ريهز نإع اعيمج ملس نوإعو سنوي نب دمحا انث دحو ريبج نب ديعس نإع ريبزلا وبأ انث دح ريهز انث دح سنوي نبا رصعلاو رهظلا هللا لوسر يلص لاق سابإع نبا نإع رفس لو فوخ ريغ يف هنيدملااب اعيمج 6 “Diceritakan dari Ahmad bin Yunus dan Aun bin Salam, keduanya dari Zuhair. Berkata Ibn Yunus diceritakan dari Zuhair diceritakan dari Abu Zubair dari Said bin Jubair dari Ibn Abbas berkata Ibn Abbas” Rasulullah saw melaksanakan shalat dhuhur dan ashar secara jama’ di madinah dalam kota tidak dalam keadaan takut dan tidak sedang bepergian “. Dengan transmisi sanad sebagai berikut Gambar 2 Jalur sanad hadis riwayat Muslim no. 50 Rasulullah saw Ibnu Abbas an Said bin Jubair an Abu Zubair Haddatsana Zuhair 6 Ibid., hal. 315 an Ahmad bin yunus dan Aun bin Salam Haddatsana Muslim Dari diagram transmisi hadis di atas dapat diuraikan bahwa Muslim menyandarkan periwayatan haditsnya pada dua orang perawi sebelumnya yaitu Ahmad bin Yunus dan Aun bin Salam menerima hadis dari Zuhair dengan sighat an, Zuhair menyandarkan periwayatannya pada Abu Zubair dengan sighat haddatsana, Abu Zubair menerima hadis dari Said bin Jubair dengan sighat an, Said bin Jubair menerima hadis dari Ibnu Abbas dengan sighat an, Sedangkan Ibnu Abbas melihat langsung dari Rasulullah atas indikasi yang tampak yaitu Salla Rasulullah. Ibnu Abbas adalah salah seorang perawi yang berada pada tingkatan sahabat makanya dia disebut juga sebagai periwayat pertama. Periwayat kedua diduduki oleh Said bin Jubair dan seterusnya sampai pada periwayat keenam yaitu ditempati oleh Muslim dan sekaligus beliau sebagai mukharijul hadits yang membukukan hadis . Sedangkan dilihat dari urutan sanad perawi yang disandari oleh Muslim disebut sanad pertama yaitu Ahmad bin Yunus dan Aun bin Salam. Sanad kedua diduduki oleh Zuhair dan seterusnya sampai pada sanad kelima yaitu Ibnu Abbas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut Tabel. 2 Sanad hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ahmad bin Yunus dan Aun bin Salam Nama perawi Urutan periwayat Urutan sanad Ibnu Abbas Periwayat I Sanad V Said bin Jubair Periwayat II Sanad IV Abu Zubair Periwayat III Sanad III Zuhair Periwayat IV Sanad II Ahmad bin Yunus dan Aun bin Salam Periwayat V Sanad I Muslim Periwayat VI Mukharijul hadis Lambang lambang metode periwayatan yang dapat dicatat dari kutipan riwayat tersebut adalah an, haddatsana. Itu berarti terdapat perbedaan metode periwayatan yang digunakan oleh perawi dalam meriwayatkan hadis tersebut. Dalam pada itu untuk mempermudah pembacaan transmisi sanad pada kedua hadis di atas. Berikut ini skema transmisi keduanya. نع نع نع انثدح ىلع تأرق نع نع . م ص يبنلا سابإع نبا نب ديعس ريبج ريبزلا وبا ريهز كلام نب دمحا سنوي نب نوإع ملس نب ىيحي ىيحي انثدح انثدح Berdasarkan keterangan keterangan yang didapat, penulis tidak menemukan adanya syahid dan muttabi’ pada hadis yang membolehkan jama’ dalam keadaan muqim. Akan tetapi penulis juga menyertakan sanad hadis yang sanada yang terdapat pada kitab hadis yang lain seperti musnad Ahmad,sunan Abi Daud dan sunan Nasa’i. Berikut ini dilampirkan beberapa hadis dari kitab tersebut tetapi penulis hanya membatasi beberapa hadis saja Sunan Abu Daud ريبج نب ديعس نإع ريبزلا يبا نإع كلام نإع يبنعقلا انثدح رهظلا . هللا لسر ىلص لاق سابإع نب هللادبإع نإع لو فوخ يغ يف اعيمج ءاشعلاو برغملاو اعيمج رصعلاو رفس 7 Dengan transmisi sebagai berikut 7 Abu Daud, Sunan Abu Daud, kitab Shalat juz II. Beirut Darul Fikr, hal. 6 ملسم يبنلا سابع نبا نع نع نع نع انثدح Sunan Abi Daud شمإعلا انث , هيواعم وبأ انث , هبيش يبأ نب نامثإع انث دح نبا نإع ريبج نب ديعس نإع تباث يبا نب بيبح نإع نب ديعس ريبج ريبزلا وبا كلام يبنعق دواد وبا رصعلاو رهظلا نيب هللا لوسر عمج . لاق , سابإع رطم لو فوخ ريغ نم هنيدملاب ءاشعلاو برغملاو 8 Dengan transmisi sebagai berikut نإع نإع نإع انث انث انث دح 8 Ibid., hal. 6 هيواعم وبا يبا نب نامثع هبيش دواد وبا شمعلا يبأ نب بيبح تباث نب ديعس ريبج سابع نبا يبنلا . م ص Musnad Ahmad نب ديعس نإع ريبزلا يبا نإع نايفس انثدح قازرلا دبإع انثدح رهظلا نيب . يبنلا عمج لاق سابإع نبا نإع ريبج فوخ لو رفس ريغ يف هنيدملاب رصعلاو 9 Dengan transmisi sebagai berikut نع نع نع 9 Penelusuran via CD, Musnad Ahmad, kitab Wa Min Musnad Bani Hasim, bab Bidayah Musnad Abdillah ibn Abbas, hadis يبنلا . م ص سابع نبا نب ديعس ريبج ريبزلا وبا يبا نايفس انثدح انثدح Musnad Ahmad ىلوم حلاص ينثدح لاق شيق نب دواد نإع ييحي انثدح نيب هللا لوسر عمج لاق سابإع نبا نإع ةمأوتلا رفس لو رطم ريغ يف ءاشعلاو برغملاو رصعلاو رهظلا 10 Dengan transmisi sebagai berikut نإع 10Penelusuran via CD, Musnad Ahmad, kitab Wa Min Musnad Bani Hasim, bab baqi al musnad al sabiq..., hadis دبع قازرلا نب دمحا لبنح يبنلا . م ص نبا سابعلا ىلوم حلاص همأوتلا ينثدح نإع انث دح Sunan Nasa’i ريبج نب ديعس نإع ريبزلا يبا نإع كلام نإع هبيتق انربخا رهظلا . هللا لوسر ىلص لاق سابإع نبا نإع لو فوخ يغ يف اعيمج ءاشعلاو برغملاو اعيمج رصعلاو رفس 11 Dengan transmisi sebagai berikut نع نع نع نع انربخا 11 Penelusuran via CD Sunan Nasa’i, kitab Mawaqit, hadis يبنلا ص . م نبا سابع ديعس نب ريبج وبا ريبزلا كلام هبيتق ىىاسن نب دواد شيق ييحي نب دمحا لبنح Untuk melihat gabungan transmisi transmisi hadis di atas, dapat di lihat dalan diagram berikut ini نع نع نع انثدح نع نع نع ىلع تأرق نع نع انثدح انربخا انثدح انثدح انثدح انثدح B. B. Kritik Sanad
Adapunnilai-nilai pendidikan dalam surat Luqman ayat 12-15 yakni membuat manusia bersyukur, memantapkan aqidah, dan berbuat baik kepada orangtua. B. Saran. Demikianlah penyusunan makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari masih banyak kekurangan, khususnya masalah referensi dalam makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan
Manakah yang merupakan kata baku dalam bahasa Indonesia? iktibar atau i’tibar?. Berikut ini adalah penjelasannya dalam Kamus Kata Baku Indonesia BakuTidak baku iktibar i’tibar pertimbangan; pengajaran Lihat jugahimbauhimpiti’tibari’tikafijasahijma’ikhwaliklas ihlasillusiimporti’tikaf
Sedangakankata-kata dakwahberasal dari bahasa arab, bertuk masdar dari da'ā-yad'ū-da'wah yang artinya menyeru, memanggil, mengajak, dan mengundang. Selain itu, Ibnu Manzhūr dalam Lisān al-Arab mengartikan dakwah dengan menegaskan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif atau yang negatif.
Apa itu i’tibar? i’tibar adalah kata yang memiliki artinya, silahkan ke tabel berikut untuk penjelasan apa arti makna dan maksudnya. Pengertian i’tibar adalah Subjek Definisi Kata Tidak Baku ? i’tibar pertimbangan; pengajaran Definisi ? Loading data ~~~~ 5 - 10 detik semoga dapat membantu walau kurangnya jawaban pengertian lengkap untuk menyatakan artinya. pada postingan di atas pengertian dari kata “i’tibar” berasal dari beberapa sumber, bahasa, dan website di internet yang dapat anda lihat di bagian menu sumber. Istilah Umum Istilah pada bidang apa makna yang terkandung arti kata i’tibar artinya apaan sih? apa maksud perkataan i’tibar apa terjemahan dalam bahasa Indonesia
.